MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN
Tentang
EFEK PESTISIDA TERHADAP KESEHATAN
Oleh
Ilham Ananda (103114380)
Putri Novrianti Syam (103114398)
Dosen Pembimbing : Hj. Murniati
Muchtar,SKM,M.biomed
POLTEKKES KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keberadaan
pestisida saat ini sudah tidak asing lagi kita dengar bahkan telah menjadi bagian
sistem pertanian di negara kita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. defenisi pestisida
A. Pestisida
adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah
sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya
seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain
yang dianggap merugikan.
B. Pestisida
juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau
menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.
Bagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah meliputi semua hewan yang mengganggu kesejahteraan hidupnya, seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan lainnya yang terbukti mengganggu kesejahteraannya.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.
Bagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah meliputi semua hewan yang mengganggu kesejahteraan hidupnya, seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan lainnya yang terbukti mengganggu kesejahteraannya.
2.2. Peranan Pestisida
Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad
pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang
kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam
bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit
manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan
terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.
Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad
pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam
kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas
akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan
lingkungan pada umumnya.
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh
hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan
sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya adalah:
harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati
harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati
1.
efisien untuk mengendalikan hama tertentu
2.
meninggalkan residu dalam waktu yang tidak
diperlukan
3.
tidak boleh persistent, jadi harus mudah terurai
4.
dalam perdagangan (transport, penyimpanan,
pengepakan, labeling) harus memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum
5.
harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut
6.
sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik
dan biota
7.
relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral
relatif tinggi)
8.
harga terjangkau bagi petani.
Idealnya teknologi pertanian maju
tidak memakai pestisida. Tetapi sampai saat ini belum ada teknologi yang
demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan penggunaannya semakin meningkat.
Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program
intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi masalah hama padi.
Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama, hingga meluasnya serangan
dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat ditekan.Memang tersedia
cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang memerlukan
tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat dilakukan dalam
kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya. Pestisida saat ini
masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh
jasad pengganggu.
2.3. Bahaya Pestisida
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Ka Pencemaran
Pestisida Terhadap Kesehatan
Pestisida tidak saja beracun terhadap organisme sasaran tetapi juga
terhadap organisme lainnya seperti manusia dan hewan peliharaan. Pestisida
dapat masuk atau meracuni tubuh melalui beberapa cara yaitu tertelan (mulut),
terhirup (hidung/saluran pernafasan), terkena kulit atau mata. Gejala keracunan
yang langsung terlihat akibat terkena pestisida/racun merupakan keracunan akut
sedangkan bila gejala baru terlihat setelah berulangkali atau dalam jangka
panjang terkena racun merupakan keracunan kronik.
Tanpa kita sadari terdapat berbagai jenis pestisida yang tersimpan
dirumah. Pestisida ini bukan saja digunakan di dalam rumah tetapi juga
digunakan di halaman rumah dan kebun untuk melindungi tanaman dari gulma dan
hewan perusak lainnya. Anak-anak merupakan korban utama pada kasus keracunan
ini karena rasa keingin tahuannya yang tinggi dan tingkah lakunya yaitu senang
sekali memasukan apa saja yang ditemui ke dalam mulutnya.
Ada 4 proses yang dialami bahan beracun di dalam organisme, yaitu
absorbsi, distribusi, metabolisme dan sekresi. Setiap bahan toksik melewati ke
empat proses tersebut. Yang diawali dengan masuknya bahan toksik kemudian
didistribusikan atau disebarkan bersama dengan peredaran darah.
Setelah melakukan proses distribusi maka akan diserap atau di absorpsi
bersama zat-zat makanan yang diperlukan oleh tubuh dan mengalami proses
metabolism dalam tubuh manusia, setelah proses metabolism maka tubuh akan
mengeluarkan zat sisa metabolism tubuh yang disebut dengan proses sekresi.
Untuk mengetahui efek negatif bahan toksikan tersebut di dalam tubuh, perlu
diketahui perihal zat toksik dan sistem biologis manusia serta interaksi antara
keduanya. Zat toksik akan dibawa oleh darah dan didistribusikan ke seluruh
tubuh dan kemudian mengganggu organ tubuh antara lain: keracunan neurotaksik,
zat toksik akan dibawa menuju otak, atau zat toksik akan ditimbun dan diproses
pada jaringan lemak, otot, tulang, syaraf, liver, pankreas, usus dan kemudian
setelah melalui proses- sisanya akan disekresikan ke luar tubuh.
Secara umum telah banyak sekali bukti-bukti yang ditemukan pengaruh
samping senyawa kimia pestisida terhadap kesehatan manusia. Beberapa jenis
penyakit yang telah diteliti dapat diakibatkan oleh pengaruh samping penggunaan
senyawa pestisida antara lain leukemia, myaloma ganda, lymphomas, sarcomas
jaringan lunak, kanker prostae, kanker kulit, kanker perut, melanoma, penyakit
otak, penyakit hati, kanker paru, tumor syaraf dan neoplasma indung telur.
Selain dari pada itu, beberapa senyawa pestisida telah terbukti dapat menjadi
faktor "carsinogenic agent" baik pada hewan dan manusia, yakni
tercatat ada 47 jenis bahan aktif pestisida ditemukan terbukti sebagai
carsinogenic agent pada hewan, dan 12 jenis lagi terbuti sebagai carsinogenic
agent pada manusia. Senyawa-senyawa petisida yang telah terbukti menyebabkan
penyakit pada manusia antara lain aminotriazole, chloramben, chlorobenzilate,
chlorothalenil, ethylene dibromide, pentachlorophenol, formaldehyde, MCPA, ethylen
thiourea, dan sebagainya.
Secara umum, proses peracunan senyawa pestisida dapat diamati
berdasarkan golongan pestisida yang dipakai di lapangan. Fenomena ini sering
ditemukan pada para pekerja yang terkait langsung dengan pestisida seperti
pekerja pada lokasi kepabrikan maupun perkerja yang langsung menggunakan
senyawa pestisida tersebut terhadap organisme target. Pada golongan pestisida
yang mempunyai bahan aktif dari klor organik seperti endrin, aldrin,
endosulfan, dieldrin, lindane(gamma BHC) dan DDT, gejala keracunan yang dapat
ditimbulkan dapat berupa mual, sakit kepala dan tak dapat berkosentrasi. Pada
dosis tinggi dapat terjadi kejang-kejang, muntah dan dapat terjadi hambatan
pernafasan. Hal ini disebabkan kerena senyawa klor organik mempengaruhi susunan
syaraf pusat terutama otak.
Pada senyawa fosfat organik, gejala yang timbul dapat berupa sakit
kepala, pusing, lemah, pupil mengecil, gangguan penglihatan, sesak nafas, mual,
muntal, kejang pada perut, diare, sesak dada dan detak jantung menurun. Senyawa
ini menghambat aktivitas enzim kolonestrasi dalam tubuh penderita. Pada
karbamat, gejala keracunannya hampir tak terlihat jelas, proses kerjanya juga
menghambat enzim kolinestrase dalam tubuh, tetapi reaksinya reversible dan
lebih banyak bekerja pada jaringan bukan dalam plasma darah. Yang masuk
kategori senyawa itu adalah aldikarb, carbofuran, metomil, propoksur dan
karbaril.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh limbah pestisida terhadap mahluk hidup,
khususnya manusia terdiri atas 2 kategori yaitu: efek akut dan efek kronis.
Efek akut dapat menimbulkan akibat berupa kerusakan susunan syaraf, kerusakan
sistem pencernaan, kerusakan sistem kardio vasculer, kerusakan sistem
pernafasan, kerusakan pada kulit, dan kematian. Sementara itu, efek kronis
dapat menimbulkan efek karsinogenik (pendorong terjadinya kanker), efek
mutagenik (pendorong mutasi sel tubuh), efek teratogenik (pendorong terjadinya
cacat bawaan), dan kerusakan sistem reproduksi. Bagian organ tubuh yang terkena
pengaruh adalah:Ginjal (umumnya disebabkan zat toksik Cadmium); – Tulang
(umumnya disebabkan zat toksik Benzene); – Otak (umumnya disebabkan zat toksik
Methyl Mercury); – Liver (umumnya disebabkan zat toksik Carbon –Tetrachlorida)
Paru-paru (umumnya disebabkan zat toksik Paraquat); – Mata (umumnya disebabkan
zat toksik Khloroquin).
3.2 Golongan
pestisida dan cara bekerjanya dalam menimbulkan kerusakan organ manusia:
1) Klor
organik meliputi endrin, aldrin, endosulfan(thiodan), dieldrin, lindane(gamma
BHC), DDT. Cara bekerjanya dengan cara mempengaruhi susunan saraf pusat
terutama otak. Gejala keracunan yang timbul antara lain Mual, sakit kepala, tak
dapat berkonsentrasi. Pada dosis tinggi dapat terjadi kejang-kejang muntah dan
dapat terjadi hambatan pernafasan.
2) Fosfat
organik: mevinfos (fosdrin), paration, gution, monokrotofos (azodrin),
dikrotofos, fosfamidon, diklorvos (DDVP), etion, efntion, diazinon. Cara
bekerjanya yaitu dengan menghambat aktivitas enzim kholinnestrase. Gejala yang
ditimbulkan adalah Sakit kepala, pusing-pusing, lemah, pupil mengecil, gangguan
penglihatan dan sesak nafas, mual, muntah, kejang pada perut dan diare, sesak
pada dada dan detak jantung menurun.
3) Karbamat
: aldikarb(temik), carbofuran (furadan), metomil (lannate), propoksur (baygon),
karbaril (sevin). Cara bekerjanya yaitu dengan Menghambat aktivitas enzim
kholinestarse, tetapi reaksinya reversible dan lebih banyak bekerja pada
jaringan, bukan dalam darah/plasma. Tanda-tanda keracunan umumnya dapat terlihat
dalam waktu yang lama.
4) Dipiridil
: paraquat, diquat dan morfamquat. Cara bekerjanya dengan cara membentuk ikatan
dan merusak jaringan ephitel dari kulit, kuku, saluran pernapasan dan saluran
pencernaan, sedangkan larutan yang pekat dapat menyebabkan peradangan. Gejala
yang timbul sangat lambat seperti perut, mual, muntah dan diare karena ada
iritasi pada saluran pencernaan. 48-72 jam baru gejala kerusakan seperti ginjal
seperti albunuria, proteinura, hematuria, dan peningkatan kreatinin lever, 72
jam-14 hari terlihat tanda-tanda kerusakan pada paru-paru.
5) Antikoagulan
: tipe kumarin (warfarin), tipe 1,3 indantion: difasinon, difenadion (Ramik).
Cara bekerjanya yaitu pestisida diserap oleh pencernaan makanan, penyerapan
dapat terjadi sejak saat tertelan sampai 2-3 hari. Gejala yang timbul antara
lain hematuria (kencing darah), hidung berdarah, sakit pada rongga perut,
kurang darah dan kerusakan ginjal.
6) Arsen
: arsen trioksid, kalium arsenat, asam arsenat dan arsin(gas). Cara kerjanya
dengan Menghambat pembentukan zat yang berguna untuk koagulasi/pembekuan darah
antara lain protrombin. Keracunan arsen pada umumnya melalui mulut walaupun
bisa juga diserap melalui kulit dan saluran pernafasan. Gejala yang timbul
dapat berupa keracunan akut: nyeri pada perut, muntah dan diare. Pada keracunan
sub akut akan timbul gejala seperti sakit kepala, pusing dan banyak keluar
ludah.
Berbagai zat kimia atau logam berat yang terkandung dalam pestisida yang dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan atau gangguan kesehatan pada sistem organ pencernaan manusia diantaranya sebagai berikut:
1)
Alumunium (Al)
Aluminium yang terkandung dalam
cairan logam di tempat kerja menyebabkan kanker. Target organ aluminium adalah
sistem saraf pusat, ginjal, dan sistem pencernaan.
2)
Barium (Ba)
Beberapa senyawa barium mudah larut
dalam air dan ditemukan di danau atau sungai. Dampak yang ditimbulkan senyawa
barium yang berbeda tergantung pada kelarutan senyawa barium. Senyawa barium
dapat menimbulkan efek yang berbeda tergantung pada kelarutan senyawa barium
tersebut, diantaranya iritasi perut, kerusakan hati.
3)
Berillium (Be)
Daur ulang logam yang mengandung
berilium sangat berbahaya, karena mereka menghirup udara tempat kerja yang
terkontaminasi dengan berilium.Berilium diserap perlahan-lahan dari paru-paru
ke dalam darah, dan kemudian diangkut ke sistem rangka, hati dan ginjal.
4)
Kadmium (Cd)
Keracunan logam kadmium terdiri
dari 15-50% penyerapan melalui sistem pernafasan dan 2-7% melalui sistem
pencernaan. Target organ adalah hati, plasenta, ginjal, paru-paru, otak, dan
tulang.
5)
Merkuri (Hg)
Metil Merkuri (MeHg) merupakan bentuk
penting yang menimbulkan keracunan pada manusia. Keracunan makanan yang
terkontaminasi pestisida yang mengandung merkuri dapat menyebabkan kerusakan
liver.
A. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Mulut
Senyawa-senyawa yang telah
diketahui dapat menyebabkan kerusakan dan penyakit pada mulut antara lain
merkuri, timbal, Arsen (arsen trioksid, kalium arsenat, asam arsenat dan
arsin/gas), Be-klorida, timbal (Pb), tembaga, selenium (Se).
Barbagai jenis logam masuk ke dalam
saluran pencernaan melalui makanan yang terkontaminasi oleh logam-logam
tersebut. Cara kerja logam-logam itu dapat menimbulkan kerusakan pada mulut
yang menyebabkan efek banyak mengeluarkan ludah yaitu dengan menghambat
pembentukan zat yang berguna untuk koagulasi/pembekuan darah antara lain
protrombin.
Bila melalui mulut, pada umumnya
efek yang timbul adalah iritasi saluran makanan, nyeri, mual, muntah dan diare.
Selain itu mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah merah dan putih,
gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal
(Wikipedia, 2010).
Gejala keracunan akut mulai timbul
30 menit setelah meminum racun. Berat ringannya gejala yang timbul tergantung
pada dosisnya. Efek adstringen menimbulkan rasa haus dan rasa logam disertai
rasa terbakar pada mulut serta karies gigi. Gejala lain yang sering muncul
ialah mual, muntah dengan muntahan yang berwarna putih seperti susu karena Pb
Chlorida dan rasa sakit perut yang hebat. Lidah berlapis dan nafas mengeluarkan
bau yang menyengat. Pada gusi terdapat garis biru yang merupakan hasil
dekomposisi protein karena bereaksi dengan gas Hidrogen Sulfida
Agar kerusakan mulut tidak terjadi dapat
dilakukan penanggulangan dengan cara memberikan BAL (British Anti-Lewisite),
senyawa yang mengandung 2,3-merkapto propanol (H2SC-CSH-CH2OH), atau Ca-EDTA
(kalsium etilendiamin tertra asetat), dan NAP (N-asetil-d, -penicilamin).
Memastikan makanan yang dikonsumsi bebas dari logam yang bersifat toksik yang
dapat diketahui dari rasa yang ditimbulkan dari makanan tersebut, menghindari
penggunaan peralatan-peralatan dapur atau tempat makanan/ minuman yang
mengandung logam berat, mencegah anak menelan/menjilat mainan yang berbahan
mengandung logam berat, menyediakan fasilitas ruang makan yang terbebas dari
logam-logam berat yang bersifat toksik, dan tempat penyimpanan makanan atau
minuman tertutup sehingga tidak ada kontak dengan debu yang mengandung logam
berat yang bersifat toksik.
B. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Kerongkongan
Senyawa yang dapat menyebabkan kerusakan dan penyakit pada kerongkongan
antara lain arsen, berilium (Be-oksida, Be-fluorida, Be-sulfat), timbal (Pb),
merkuri. Gejala-gejala yang ditimbulkan karena adanya kontaminasi logam-logam
tersebut antara lain sakit di kerongkongan, sukar menelan, menyertai rasa nyeri
lambung, dan muntah-muntah(Qiqi, 2008).
Logam berat bersifat toksik dapat menyerang kerongkongan jika logam
tersebut tertelan oleh manusia melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi
manusia telah terkontaminasi oleh logam tersebut. Saluran kerongkongan hanya
sebagai tempat lewatnya bahan toksik bukan sebagai organ sehingga bahan toksik
hanya melewati saluran kerongkongan yang selanjutnya masuk ke system pencernaan
selanjutnya. Efek yang timbul di kerongkongan hanya bersifat local sehingga
efeknya hanya sementara.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara menghindari sumber bahan
pangan yang memiliki risiko mengandung logam berat, mencuci dan mengolah bahan
pangan yang akan dikonsumsi dengan baik dan benar, membersihkan rumah, segala
perabot, makanan, dan mainan anak secara rutin dari debu dan berbagai jenis
kotoran yang memungkinkan mengandung logam berat yang bersifat toksik
(Widowati, 2008).
C. Pencemaran
Pestisida Terhadap Kerusakan Lambung
Senyawa-senyawa yang terkandung dalam pestisida yang dapat menyebabkan
kerusakan atau penyakit yang menyerang lambung sebagai sasaran antara lain
metanil yellow, kromium, arsen, timbal, paradichlorobenzene, nikel, tembaga,
asbestos, akrilonitrile.
- Metanil Yellow
Organ tubuh manusia yang menjadi sasaran bahan toksik ini adalah
lambung. Apabila tertelan, senyawa ini akan masuk ke lambung dan dapat
menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan
tekanan darah rendah.
- Kromium
Mencerna makanan yang mengandung Cr (VI) tinggi dapat menyebabkan
gangguan pencernaan berupa sakit lambung, muntah dan pendarahan, luka pada
lambung, konvulsi, kanker alat pencernaan, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Berbagai usaha untuk menghindari risiko terpapar logam ini antara lain dengan
cara menghindari makanan yang kotor dan tidak higienis, mencuci tangan sebelum
makan, mengurangi konsumsi suplemen Cr secara berlebihan.
- Arsen
Arsen masuk ke dalam tubuh manusia umumnya melalui makanan dan minuman.
Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian
masuk ke peredaran darah.
- Paradichlorobenzene
Apabila keracunan masuk melalui mulut dapat menyebabkan iritasi saluran
pencernaan dan mengakibatkan mual, muntah dan diare (POM, 2007)
D. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Hati
Berbagai senyawa toksik yang terkandung dalam pestisida yang telah
terbukti dapat menyebabkan kerusakan pada hati antara lain rhodamin B, kadmium,
arsen, merkuri, nikel, tembaga, timah hitam, fosfor, antimon, thalium, krom,
brom, hidrazin, eter, alkohol, dinitro benzena, besi (Fe).
- Rhodamin B
Rhodamin B berbentuk serbuk kristal merah keunguan dan dalam larutan
akan berwarna merah terang berpendarang. Zat itu sangat berbahaya jika
terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat
berupa iritasi pada saluran pernapasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata,
iritasi saluran pencernaan dan bahaya kanker hati. Apabila tertelan dapat
menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah
atau merah muda. Penyebarannya dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan
kanker hati.
- Kadmium (Cd)
Kadmium yang digunakan untuk melapisi barang-barang dari logam dapat
larut dalam makanan yang bersifat asam, sehingga jika ikut termakan dalam
jumlah banyak makanan tersebut bisa menimbulkan keracunan (Nikah, 2005).
Kadmium banyak terdapat di dalam pestisida yang biasa digunakan sebagai pupuk tanaman padi oleh para petani. Pestisida yang terkandung dalam Beras yang dimakan oleh masyarakat kebanyakan berasal dari tanaman padi yang selama bertahun-tahun mendapat air yang tercemar Cd. Endapan Cd yang terakumulasi di dalam padi kemudian mengalami biomagnification (pembesaran biologi) dan mengumpul dalam hati (Kenari, 2010). Pencegahannya dilakukan dengan cara antara lain tidak memakai wadah/tempat yang berlapis Cd yang digunakan untuk tempat makanan dan minuman, menghindari kontaminasi perairan dan hasil pertanian yang tercemar Cd, tidak mengkonsumsi daging yang diberi obat anthelminthes yang mengandung Cd, mengkonsumsi makanan yang mengandung Zn tinggi antara lain biji-bijian yang ditumbuk halus, makanan dari golongan leguminosae, dan kacang-kacangan. Mekanisme absorpsi kadmium (Cd) dalam saluran pencernaan meliputi dua tahap, yaitu:
Kadmium banyak terdapat di dalam pestisida yang biasa digunakan sebagai pupuk tanaman padi oleh para petani. Pestisida yang terkandung dalam Beras yang dimakan oleh masyarakat kebanyakan berasal dari tanaman padi yang selama bertahun-tahun mendapat air yang tercemar Cd. Endapan Cd yang terakumulasi di dalam padi kemudian mengalami biomagnification (pembesaran biologi) dan mengumpul dalam hati (Kenari, 2010). Pencegahannya dilakukan dengan cara antara lain tidak memakai wadah/tempat yang berlapis Cd yang digunakan untuk tempat makanan dan minuman, menghindari kontaminasi perairan dan hasil pertanian yang tercemar Cd, tidak mengkonsumsi daging yang diberi obat anthelminthes yang mengandung Cd, mengkonsumsi makanan yang mengandung Zn tinggi antara lain biji-bijian yang ditumbuk halus, makanan dari golongan leguminosae, dan kacang-kacangan. Mekanisme absorpsi kadmium (Cd) dalam saluran pencernaan meliputi dua tahap, yaitu:
a.
Penyerapan Cd dari lumen usus melewati membran
brush border ke dalam sel mukosa.
b.
Transpor Cd ke dalam aliran darah dan deposisi
dalam jaringan, terutama dideposit di hati dan ginjal. Seperti halnya Zn, Cd
memiliki afinitas yang tinggi pada testis sehingga konsentrasi pada jaringan
testis juga lebih tinggi dibandingkan dengan jaringan lainnya.
Orang yang terkontaminasi Cd dalam tubuhnya menunjukkan gejala
kreatinin pada wanita dan β-2 mikroglobulin, protein pengikat kretinol,
aminociduria (proline), terjadi perubahan pada hepar dimana pita-pita sel yang
membentuk lobus tidak beraturan dan jaringan ikat mulai nampak serta semakin
banyaknya sel karioreksis. Nekrosis hepatosit yang ditandai adanya inti sel
yang mengalami piknosisi, karioreksis atau kariolisis, perlemakan,
pembengkakkan sel, pengerutan sel.
- Arsen
- Arsen
Senyawa arsen jika tertelan oleh seseorang akan masuk ke dalam rongga
hati dan merusak hati. Kompensasi dari pemaparan arsen terhadap manusia adalah
kanker, terutama kanker paru-paru, hati dan hepatitis (Qiqi, 2008).
E. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Usus
Banyak senyawa kimia yang bersifat toksik yang menyerang usus, baik
usus halus maupun usus besar sebagai salah satu organ yang dilalui dalam sistem
pencernaan. Senyawa-senyawa tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada usus,
sebagai contoh adalah arsen, merkuri, nikel, tembaga, asbestos, akrilonitrile.
- Arsen
- Arsen
Senyawa ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut lalu kerongkongan,
lambung, hati kemudian ke usus. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai
penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus (Kalbe
farma, 2008).
- Merkuri
- Merkuri
Merkuri menyebabkan kerusakan yang parah pada berbagai organ di
antaranya hati dan usus besar. Keracunan akut oleh Hg menunjukkan gejala skit
pada bagian perut, mual dan muntah yang disertai darah, dan shock. Apabila
tidak segera diobati, akan berlanjut dengan tejadinya kematian.
Adanya kandungan logam-logam berat yang bersifat toksik di dalam tubuh maka akan terjadi penyerapan atau absorpsi di usus halus dan usus besar. Logam-logam tersebut masuk ke usus dan diekskresikan melalui feses. Absorpsi logam dilakukan oleh gastrointestinal. Transportasi logam oleh serum yang berikatan dengan albumin.
Adanya kandungan logam-logam berat yang bersifat toksik di dalam tubuh maka akan terjadi penyerapan atau absorpsi di usus halus dan usus besar. Logam-logam tersebut masuk ke usus dan diekskresikan melalui feses. Absorpsi logam dilakukan oleh gastrointestinal. Transportasi logam oleh serum yang berikatan dengan albumin.
Efek-efek yang ditimbulkan karena keracunan akut logam-logam tersebut
antara lain kolik abdomen, muntah, gastroenteritis diikuti diare, feses dan
muntahan yang berwarna hijau kebiruan.
Usaha untuk menghindari bahaya logam-logam berat tersebut antara lain
dengan menghindari sumber bahan pangan yang memiliki risiko mengandung logam
berat, mencuci dan mengolah bahan pangan yang akan dikonsumsi dengan baik dan
benar, membersihkan rumah, segala perabot, makanan, dan mainan anak secara
rutin dari debu dan berbagai jenis kotoran yang memungkinkan mengandung logam
berat yang bersifat toksik.
F. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Pankreas
Senyawa kimia beracun yang melalui saluran pencernaan dan dapat
menyebabkan kerusakan pada pankreas antara lain kromium, metanol, seng, kobalt,
merkuri klorit, kadmium, cresol, besi (Fe).
- Kromium
Dalam bentuk makanan, kromium diserap 10-25 %. Efek toksik kromium
dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, pankreas dan usus.
Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan pada
paru-paru dan pankreas. Mengonsumsi makanan berbahan kromium dalam jumlah yang
sangat besar, menyebabkan gangguan perut, bisul, kejang, ginjal, kerusakan
hati, dan bahkan kematian.
Cara kerja kromium dalam pankreas adalah mampu melipatgandakan daya
kerja insulin melalui sistem kerja Glukose Tolerance Factor (GTF). Jika saluran
pencernaan terkontaminasi oleh kromium dalam jumlah besar maka dapat
menyebabkan kelenjar pankreas memproduksi insulin dalam jumlah yang besar pula.
Hal ini dapat menghambat pemakaian glukosa oleh sel dan dapat terjadi pemecahan
glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot secara berlebihan (Setyo, 2006).
Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari kerusakan pankreas antara
laian dengan melakukan test laboratorium yang ditandai dengan lekositosis,
amilase meningkat, lipase meningkat, kalsium menurun, gula darah meningkat.
G. Pencemaran
Pestisida Terhadap Kerusakan Anus
Senyawa kimia yang tserkandung dalam pestisida yang dapat menyebabkan
kerusakan anus antara lain timbal sulfida, arsen, merkuri, nikel.
- Timbal Sulfida (Pb Sulfida)
Jika seseorang menelan makanan yang terkontaminasi oleh Timbal Sulfida
maka akan menyebabkan tinja penderita berwarna hitam karena mengandung Pb
Sulfida, dapat disertai diare atau konstipasi, menyebabkan kolik dan
kosnstipasi.
Secara umum gejala keracunan timbal terlihat pada system pencernaan berupa muntah–muntah, nyeri kolik abdomen, rasa logam dan garis biru pada gusi, konstipasi kronis.
Secara umum gejala keracunan timbal terlihat pada system pencernaan berupa muntah–muntah, nyeri kolik abdomen, rasa logam dan garis biru pada gusi, konstipasi kronis.
- Arsen
Arsen dapat menyebabkan kerusakan pada anus jika tertelan oleh manusia.
Senyawa arsen dalam dosis besar membentuk vesikula di bawah mukosa
gastrointestinal. Vesikula tadi akhirnya pecah, fragmen epitel terlepas, lalu
plasma tercurah ke dalam lumen, yang kemudian akan membeku.
Jaringan yang rusak dan aksi cathartic dari meningkatnya cairan dalam lumen menyebabkan naiknya peristaltik dan keluarnya tinja yang karakteristiknya seperti air beras. Protiforens epitel yang normal ditekan, yang menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Sesudah itu feses menjadi berdarah, muntah sering kali terjadi, dan muntahan mungkin mengandung darah.
Jaringan yang rusak dan aksi cathartic dari meningkatnya cairan dalam lumen menyebabkan naiknya peristaltik dan keluarnya tinja yang karakteristiknya seperti air beras. Protiforens epitel yang normal ditekan, yang menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Sesudah itu feses menjadi berdarah, muntah sering kali terjadi, dan muntahan mungkin mengandung darah.
Upaya yang dilakukan untuk mencegah dan menghindari efek toksik dari
logam-logam tersebut antara lain dengan melakukan test medis, pemantauan kadar
logam berat di udara dan dalam makanan/ minuman secara berkesinambungan,
menghindari penggunaan peralatan-peralatan dapur atau tempat makanan/ minuman
yang mengandung logam-logam tersebut, serta mengurangi kontak dengan logam
berat dengan menggunakan peralatan standar keamanan dan keselamatan kerja.